Wednesday, December 9, 2009

Kerja Keras adalah Energi Kita: Dari Masa ke Masa

Kerja keras adalah sebuah kalimat yang sering kita dengar dan ucapkan dalam keseharian, entah itu di rumah, sekolah , ditempat kerja, ataupun ditempat nongkrong. Walau gampang diucapkan tapi susah untuk dilaksanakan kerja keras memang telah terbukti banyak mengantar suatu individu, kelompok ataupun bangsa untuk mencapai cita-citanya. Kerja keras telah menjadi salah satu bagian bahan bakar atau energi untuk mewujudkan cita-cita menjadi sebuah karya.


Kerja keras adalah energy kita, motto yang kini digunakan pertamina, adalah ungkapan dari perwujudan Pertamina dalam melakukan bebenah diri untuk dapat bersaing dalam bisnis minyak dan gas bumi di dunia.


Kerja Keras adalah Energi Kita, kilas balik

Pada tahun 1971 Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan nasional yang diberi wewenang mengelola usaha migas nasional.
Dimana hak pengelolaan tersebut meliputi regulator dan pelaksanan industri hulu yang mencakup pengilangan, produksi, dan juga sebagai pengatur dan pemain industri hilir, meliputi pengelolaan, penyaluran, distribusi dan ritel kebutuhan bahan bakar minyak masyarakat.

Pada tahun 2003 PT Pertamina berubah status hukumnya menjadi persero dengan 100 persen sahamnya dimliki negara.Dalam bentuk persero Pertamina diharapkan menjadi fleksibel, dan pemisahan antara hulu dan hilir juga dilakukan.

Kerja Keras adalah Energi Kita, Kendala Saat Ini

Piutang PT Pertamina saat ini mencapai Rp.30,55 triliun. Ada lima lembaga atau badan usaha yang memiliki utang cukup besar terhadap pertamina, yaitu: PT PLN (Persero),TNI, Trans Pasific,TPPI, Garuda Indonesia, dan Merpati Nusantara.
Kondisi keuangan yang kurang baik akibat beban-beban itu menghambat investasi dan transformasi di Pertamina.

Dan juga menurut Ketua Tim Penelitian Pertamina,Mudradjad, Pertamina masih terjadi inefisiensi kerja dalam eksplorasi, exploitasi, dan hambatan investasi.
Menurut pengamat perminyakan Kurtubi, kinerja Pertamina perlu ditingkatkan. Sejauh ini aset perusahaan masih tertinggal dibanding BUMN sejenis di negara tetangga seperti Petronas di Malaysia.

Liberalisasi industri migas membuat Pertamina harus kerja keras bersaing. Di hilir migas, pompa bensin asing bermunculan. Sementara, Pertamina masih dibebani misi pembangunan sebagai pelaksana tugas pelayanan publik atau PSO, yaitu menyediakan dan menyalurkan BBM bersubsidi.